"Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat ihsan atas segala sesuatu". (THR. Muslim)
Secara bahasa ihsan adalah berarti “kesempurnaan” atau “terbaik”.
Secara bahasa ihsan adalah berarti “kesempurnaan” atau “terbaik”.
Secara istilah “ihsan”
berarti seseorang yang beribadah kepada Allah Swt seolah-olah ia melihat-Nya,
dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut
membayangkan bahwa sesungguhnya Allah Swt melihat perbuatannya.
Setiap muslim sesungguhnya
senantiasa dituntut berbuat ihsan dalam segala sesuatu. Semua aktivitas seorang
muslim dalam kehidupannya memang harus berkadar ihsan. Naik dalam aktivitas
ibadah ritual seperti shalat, do’a, dzikir, tilawah, haji, juga dalam muamalah
seperti berdagang, menuntut ilmu, bertetangga, dan bekerja. Semua harus
diwarnai dan berkadar ihsan.
Ada suatu makna tentang ihsan
yaitu:
Ma’iyatullah
Sebagaimana sabda Rosullulloh Saw ketika
ditanya malaikat Jibril tentang makna ihsan. Beliau Saw memberikan pengertian
ihsan, “Engkau mengabdi kepada Allah
seakan-akan engkau melihatNya, kalau engkau tidak dapat melihatNya, maka
sesungguhnya Ia melihatmu”. (THR. Muslim)
Dari sabda Rasullulah tsb,
diharapkan dalam diri seorang muslim tumbuh sikap ma’iyatullah
Atau kebersamaan
dengan Allah ta’ala. Sikap merasa senantiasa dalam pengawasan Allah Swt dalam
seluruh isi kehidupannya. Tidak ada satu sisi pun yang lalai dari
pengawasanNya.
“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang
asa di langit atau bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara 3 orang, melainkan
Dia yang ke . dan tiada pembicaraan 5 orang, melainkan Dialah yang ke6nya. Dan tiada
pula pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak,
melainkan Dia ada bersama mereka dimanapun mereka berada. Kemudian Dia akan
memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (TQS. Al Mujaadilah (Wanita
yang Mengajukan Gugatan) 58, 7).
Kisah yang
menceritakan tentang ihsan yang bermakna ma’iyatullah
Ada perbedaan antara mereka yang merasa dalam pengawasan Allah Swt dengan
mereka yang tidak. Orang yang merasa hidupnya diawasi Allah Swt, akan berbuat
sesuka hati dalam kehidupannya, merasa tenang ketika berbuat dosa dan memiliki
rasa takut kepada orang lain atau aparat keamanan.
Kisah Amirul Mu’minin Umar bin
Khattab Ra dengan penjual susu menjadi teladan abadi tentang tingginya nilai
ihsan. Ketika ibu penjual susu memaksa kepada anaknya Laila untuk mencampur susu dengan air biasa. Jawab Laila, “Tidak boleh, bu! Amirul Mu’minin melarang
kita mencampur susu yang akan dijual dengan air”.
"Tetapi
semua orang melakukan hal itu nak, campur sajalah! Toh, Amirul Mu’minin tidak
melihat kita melakukan hal itu....” kata sang Ibu.
“Bu, sekalipun Amirul Mu’minin tidak melihat kita, tetapi Rabb dari
Amirul Mu’minin pasti mengetahui!”.
Masya
Allah! Ucapan inilah yang
membuat Amirul Mu’minin berderai air mata. Alangkah mulianya jika setiap muslim
menghiasi kehidupannya dengan jiwa ma’iyatullah.
No comments:
Post a Comment