Sungguh amat
sederhana, namun agung perkataan Abu Bakar Assidiq: “Aku mengenal diriNya padaku, aku tidak akan mengenal rabKu.”
Kalimat diatas
adalah perkataan yang murni, bersih dari prasangka2, refleksi dari keimanan
yang kokoh, kepasrahan serta ketundukannya pada yang mensiptakannya. Ma’riifatullah
bukanlah mengenal zat Allah, karena hal ini tidak mungkin terjangkau oleh kapasitas
manusia yang terbatas. Bagaimana manusia terbatas bisa menjangkau sesuatu yang
tidak terbatas? Ma’rifatullah berarti
mengenal atau melihat Allah dengan mata hati, tidak dengan penglihatan mata. Menurut
Ibn Alqoyim: “ma’rifatullah yang dimaksudkan
oleh ma’rifah (orang-orang yang mengenal Allah) adalah ilmu yang membuat
seseorang melakukan apa yang menjadi kewajiban bagi dirinya dan konsekuensi
pengenalannya.”
Mma’riatullah
merupakan kewajiban yang meski diketahui oleh setiap insan, sebab apabila
seseorang melakukan amal ibadah tanpa didasari ma’rifat kepada Allah Swt, maka
sia-sialah seluruh aktivitas kehidupannya. Dan pemahaman akan ma’rifatullah
akan memberikan keyakinan yang mendalam, me’rifatullah yang akan mengeluarkan
manusia dari kegelapan, kebodohan kepada cahaya hidayah yang terang. Rasulullah
Saw dialah orang yang pertama mengenali Allah Swt, sabda nabi, “sayalah orang yang paling mengenaliNya dan
takut padaNya” (HR Bukhori dan Muslim). Hadits ini nabi ucapkan sebagai
jawaban dari pertanyaan tiga orang yang ingim merdeka kepada Allah dengan
keinginannya dan perasaannya sendiri. Dan ulama berada diurutan selanjutnya
sebagai orang yang paling mengenal Allah Swt.
Orang yang
mengenal Allah dengan benar adalah orang yang mampu mewarnai dirinya dengan
segala macam bentuk ibadah yang benar. Kita akan mendapatinya sebagai orang
yang rajin shalat, senantiasa dzikir, tilawah, mengajak orang pada kebenaran,
pelayan masyarakat, dan lain-lain. Dimanapun ia berada, pada hakikatnya
senantiasa beribadah kepada Allah dan menjauhi laranganNya. Dan ia akan
senantiasa berusaha dan bekerja untuk mendapat ridha Allah, dan bukan untuk
memuaskan nafsu maupun keinginan syahwatnya.
"Barangsiapa menghendaki kebaikan bagi dirinya niscaya ia akan menemukan jalan menuju Tuhannya."
ReplyDeleteArtikelnya mantab, bro. Lanjutkann. :)
thanks to Alfian Zidny, bisa share yah kalau tidak keberatan ;)
ReplyDelete