Do’a adalah perbuatan naluriah
manusia. Semua manusia punya kecenderungan dan naluri untuk meminta kepada
sesuatu yang dianggapnya bisa memberi. Pada saat manusia hanya mengenal
benda-benda, karena kebodohannya, ia berdoa kepada benda-benda yang dikaguminya
itu. Ummat manusia di zaman Ibrahim As., sebagai contoh rupa-rupanya baru
mengenal benda-benda. Mereka membuat patung, dipasang ditempat yang baik lalu
dimintai berbagai macam kebutuhan. Dalam diri manusia ada naluri untuk meminta, karena dia merasakn ada kekurangan. Hati
dan akal manusia waktu itu hanya berpikiran serba materi. Mereka meyakini
sesuatu yang berbentuk dan nyata. Malahan nabi Ibrahim As., sendiri yang sangt
prihatin melihat ulah manusia waktu itu sempat berpikir tentang alam
benda-benda. Fenomena alam itu begitu memukaunya: ada bintang, bulan, dan
matahari. Namun, adakah zat di balik benda-benda itu ? itulah pertanyaan akal
sehat.
“Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat
sebuah bintang, lalu dia berkata, “Inilah RabbKU!” Tetapi ketika bintang itu
tenggelam, dia berkata, “ Aku menyukai yang tenggelam”.
“Kemudian tatkala melihat bulan terbit, dia
berkata, “Inikah RabbKU?” Tetapi setelah bulan tenggelam, dia berkata”Sesungguhnya,
jika RabbKu tidak memberi petunjuk kepadaku, niscaya aku termasuk orang-orang
yang sesat”.
“Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, ia
berkata , “Inilah RabbKu, ini yang lebih besar”, maka tatkala matahari itu
terbenam, ia berkata, “Hai kaumku! Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang
kamu persekutukan.” (TQS. Al An’am 6,76-78)
Kesimpulan cerdas
yang diungkapkan Ibrahim tersebut berawal dari alam benda-benda. Ia mampu
menarik konklusi akan keberadaan zat di luar benda-benda itu. Justru perkara
ini yyang tidak tertangkap dengan segera oleh kaumnya. Mereka tetap berdo’a dan
meminta kepada benda-benda. Ummat manusia di zaman Rasulullah Saw demikian pula
adanya. Patung-patung tak hanya mereka buat dari batu atau kayu, bahkan dari
bahan-bahan makanan. Jika mereka telah bosan dengan satu “tuhan” patung makanan
itu, maka dimakannya sang “tuhan”. Kemudian dibuatlah “tuhan” yang baru. Sungguh,
mereka bersikap tunduk dihadapan patung buatannya sendiri. Dengan segala harap
dimintanyalah segala sesuatu kepada benda-benda tal berdaya itu.
Di zaman
teknologi saat ini, pada saat manusia lebih pintar membuat “tuhan” dibanding
zaman Ibrahim As. Kecenderungan manusia untuk berdo’a tetap ada. Sebagian dari
mereka meminta kepada paranormal dan dukun-dukun agar diberi harta yang
melimpah, cepat naik pengkat, disenangi atasan, banyak proyek, dan lain
sebagainya. Ada juga yang memohon dikabulkan keinginanya kepada Allah Swt juga
kepada yang lainnya. Sebagiannya lagi tetap hanya memohon kepada Allah Ta’ala. Dunia
serba materi zaman Ibrahim As., memang masih sederhana. Mereka benar-benar
hanya melihat kepada benda-benda tradisional : baut dan kayu. Namun, alma serba
materi boleh jadi telah menjadi induk bagi ideologi-ideologi yag sempat
berkembang dan menyebar di berbagai belahan dunia saat ini. Lihatlah, mereka
khusyuk dengan kecanggihan teori dan peralatan yang dibuatnya sendiri.
No comments:
Post a Comment