Agar Do’a Dia Perkenankan

Posted by tabah on

“....Dan Rabb-mu berfirman, ‘Berdo’alah kepadaKu, niscaya Aku prerkenankan bagimu.”(TQS. Al Mu’min)

                Do’a adalah perbuatan naluriah manusia. Semua manusia punya kecenderungan dan naluri untuk meminta kepada sesuatu yang dianggapnya bisa memberi. Pada saat manusia hanya mengenal benda-benda, karena kebodohannya, ia berdoa kepada benda-benda yang dikaguminya itu. Ummat manusia di zaman Ibrahim As., sebagai contoh rupa-rupanya baru mengenal benda-benda. Mereka membuat patung, dipasang ditempat yang baik lalu dimintai berbagai macam kebutuhan. Dalam diri manusia ada naluri untuk  meminta, karena dia merasakn ada kekurangan. Hati dan akal manusia waktu itu hanya berpikiran serba materi. Mereka meyakini sesuatu yang berbentuk dan nyata. Malahan nabi Ibrahim As., sendiri yang sangt prihatin melihat ulah manusia waktu itu sempat berpikir tentang alam benda-benda. Fenomena alam itu begitu memukaunya: ada bintang, bulan, dan matahari. Namun, adakah zat di balik benda-benda itu ? itulah pertanyaan akal sehat.
“Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang, lalu dia berkata, “Inilah RabbKU!” Tetapi ketika bintang itu tenggelam, dia berkata, “ Aku menyukai yang tenggelam”.
“Kemudian tatkala melihat bulan terbit, dia berkata, “Inikah RabbKU?” Tetapi setelah bulan tenggelam, dia berkata”Sesungguhnya, jika RabbKu tidak memberi petunjuk kepadaku, niscaya aku termasuk orang-orang yang sesat”.
“Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, ia berkata , “Inilah RabbKu, ini yang lebih besar”, maka tatkala matahari itu terbenam, ia berkata, “Hai kaumku! Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.” (TQS. Al An’am 6,76-78)
Kesimpulan cerdas yang diungkapkan Ibrahim tersebut berawal dari alam benda-benda. Ia mampu menarik konklusi akan keberadaan zat di luar benda-benda itu. Justru perkara ini yyang tidak tertangkap dengan segera oleh kaumnya. Mereka tetap berdo’a dan meminta kepada benda-benda. Ummat manusia di zaman Rasulullah Saw demikian pula adanya. Patung-patung tak hanya mereka buat dari batu atau kayu, bahkan dari bahan-bahan makanan. Jika mereka telah bosan dengan satu “tuhan” patung makanan itu, maka dimakannya sang “tuhan”. Kemudian dibuatlah “tuhan” yang baru. Sungguh, mereka bersikap tunduk dihadapan patung buatannya sendiri. Dengan segala harap dimintanyalah segala sesuatu kepada benda-benda tal berdaya itu.

Di zaman teknologi saat ini, pada saat manusia lebih pintar membuat “tuhan” dibanding zaman Ibrahim As. Kecenderungan manusia untuk berdo’a tetap ada. Sebagian dari mereka meminta kepada paranormal dan dukun-dukun agar diberi harta yang melimpah, cepat naik pengkat, disenangi atasan, banyak proyek, dan lain sebagainya. Ada juga yang memohon dikabulkan keinginanya kepada Allah Swt juga kepada yang lainnya. Sebagiannya lagi tetap hanya memohon kepada Allah Ta’ala. Dunia serba materi zaman Ibrahim As., memang masih sederhana. Mereka benar-benar hanya melihat kepada benda-benda tradisional : baut dan kayu. Namun, alma serba materi boleh jadi telah menjadi induk bagi ideologi-ideologi yag sempat berkembang dan menyebar di berbagai belahan dunia saat ini. Lihatlah, mereka khusyuk dengan kecanggihan teori dan peralatan yang dibuatnya sendiri.

Previous
« Prev Post

No comments:

Post a Comment