Diciptakan dengan Kelebihan yang Sempurna

Posted by tabah on

Manusia itu Makhluq Mulia

 

Banyak kalangan terpelajar muslim terlanjur setuju dengan penggambaran manusia sebagi hewan yang berakhlaq. Padahal rumusan seperti itu tumbuh dari filsafat Barat yang tidak Islami, dengan rumusan ini lahirlah teori- teori lain di bidang filsafat, sosiologi, dan psikologi yang pada prinsipnya menekankan segi kehewanan manusia.

Teori psikologi yang menyatakan bahwa usia 40 tahun adalah masa puber ke dua bagi kaum lelaki adalah sebuah contoh. Teori yang berdasarkan atas psikoanalisa Freud yang sangat menekankan masalah libido (birahi) ini pada hakekatnya sekedar pelampiasan nafsu syaithan manusia. Mengatakan 40 tahun adalah puber kedua, yang ingin diraih sebenarnya adalah legitimasi atas tingkah penyelewengan umat manusia. Dengan teori diatas, perbuatan maksiat seksual kaum lelaki menjadi dianggap wajar dan ilmiah. Padahal dalam Al Quran dengan tegas merumuskan, bahwa manusia itu adalah makhluk yang Allah ciptakan dalam sebaik-baik penciptaan. Sepanjang manusia memelihara unsur-unsur di mana ia jadi makhluk termulia itu, tetaplah ia berada pada derajat ahsanut-taqwim. Namun, apabila menyeleweng dari tuntunan Allah SWT, maka ia meluncur pada kategori asfala safilin (sejelek-jelek dan serendah-rendah kedudukan).

Ada beberapa aspek yang menempatkan manusia pada derajat ahsanut-taqwim. Pertama, menyangkut aspek bahan baku penciptaan manusia. Kedua, soal tugas dan esensi penciptaan manusia di muka bumi. Ketiga, soal peran dan fungsi yang mesti dilakukan oleh manusia. Bahan baku menurut Al-Quran terdiri dari aspek jasad dan ruh. Aspek jasad yang diambil dari unsur bumi, melambangkan segala kerendahan dan ketamakan pada dunia. Sementara aspek ruh yang diambil dari unsur langit mengisyaratkan ketinggian, kesucian, dan kemuliaan. Manusia yang sukses di sisi Allah adalah mereka yang mampu menempatkan ruh nya sebagai pengontrol kehendak duniawinya.

Misi Universal Manusia

Adapun tugas dan kewajiban manusia di bumi, tidak lain kecuali mengabdi (beribadah) hanya kepada Allah SWT. Itulah tugas utama yang mesti diemban manusia. Pengertian dari beribadah adalah menjadi seluruh aspek kehidupan sebagai pengabdian kepada Allah. Pengertian Ibadah secara tuntas digambarkan Al Anam 162- 163: "Katakanlah sesungguhnya shalatku, perbuatanku, penggunaan waktuku, dan akhir ajalku adalah bagi Allah SWT tidak ada sekutu bagiNya, dan dengan itulah aku diperintah. Dan aku adalah orang yang mula-mula Muslim (tunduk, taat, patuh)". (QS Al An'am 6, 162-163).

Adapun fungsi manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi. Makna khalifah yang lain adalah pemelihara, pengelola, dan pemakmur bumi. Dengan demikian, manusia harus berusaha sekuat tenaga dan fikiran untuk melaksanakan misi kekhalifahannya itu.

Ada dua tugas pokok khalifah yaitu pemelihara dan pemakmur. Manifestasi dari kedua tugas tersebut adalah "yaitu orang-orang yang apabila kami teguhkan kedudukanya di muka bumi, mendirikan shalat, membayar zakat, menyuruh yang ma'ruf, dan mencegah munkar. Dan bagi Allahlah akhir putusan segala urusan." (QS. Al Hajj 22, 41).

Dalam rangka keduanyalah manusia wajib berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan tugas yang dipikulnya dengan baik, tugas Allah yang di emban manusia setelah langit, bumi, dan makhluk lainnya tak kuasa memikulnya. "Dan telah kami ajukan kepada langit, bumi, dan gunung-gunung suatu amanat, tetapi mereka tak kuasa untuk menerimanya dan merasa berat untuk melaksanakannya. Maka diembanlah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu makhluk yang dzalim dan bodoh". (QS. Al Ahzab 33, 72).

Itulah fungsi kekhalifahan manusia, di satu sisi merupakan kedudukan mulia, di satu sisi merupakan ujian Allah. Ujian untuk menilai siapa hamba-hambaNya yang benar-benar beramal sesuai dengan petunjukNya lalu siapa yang telah menyelewengkan perannya. Mereka berkhianat disebut Allah dengan ungkapan dzalim dan bodoh. Adapun manusia-manusia yang sukses memerankan kedua fungsi tersebut, itulah sebaik-baik manusia di hadapan Allah SWT. Merekalah yang berhasil mendapat ridhaNya. Di akhirat mereka akan dijauhkan dari neraka, dan dimasukkan surga. 

Manusia Berperilaku Hewan

Allah menggelari manusia yang menyimpang dari tugas dan fungsinya dengan kecaman yang pedas. Di antara mereka ada yang disebut sebagai binatang ternak (Al Anam), "Dan kami telah sediakan bagi isi jahannam itu dari kebanyakan jin dan manusia. mereka mempunyai hati tetapi tidak digunakan untuk memahami ayat-ayat Allah SWT, mereka punya mata tetapi tidak digunakan untuk melihat kekuasaan Allah, mereka punya telinga tetapi tidak dipakai untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu seperti hewan ternak. Bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah kaum yang lalai. (QS. Al Araf 7, 179).

Serakus- rakusnya hewan ternak, ia tidak pernah memakan sesuatu melebihi kebutuhan sendiri. Meski rakus, hewan ternak masih berguna untuk sembelihan, korban, dsb. Sementara manusia? tidak cukup sekedar memenuhi kebutuhan diri, bahkan hingga kebutuhan anak cucunya selama tujuh turunan. Dia tidak peduli harus menipu, memeras, menindas, dan menganiaya sesama untuk meraihnya.

sumber kutipan: Buletin Dakwah Wa Islama

Previous
« Prev Post

No comments:

Post a Comment