SEKULERISME PANGKAL KERUSAKAN

Posted by tabah on



Dalam kunjunganya ke Barus Sumatera Utara Presiden Jokowi berpesan kepada masyarakat agar tidak mencampuradukan persoalan politik dengan agama, demi mencegah perdebatan antar umat beragama. "Inilah yang harus kita hindarkan, jangan sampai dicampuradukan antara politik dan agama. Dipisah betul sehingga rakyat tahu mana yang agam, mana yang politik", kata Jokowi (Antaranews dalam buletin Al Islam).

Ungkapan yang dilontarkan oleh bapak Jokowi mendapat kritikan tajam dari berbagai kalangan. Pidatonya telah dianggap mempertegas prinsip sekulerisme di Indonesia. Rais Aam (PBNU), KH Ma'ruf Amin, menjelaskan, "Agama dan politik itu kan saling memperngaruhi. Politik kebangsaan itu kan juga harus memperoleh pembenaran dari agama. Kalau tidak, bagaimana?" ujarnya saat menghadiri Refleksi Kebangsaan 71 Tahun Muslimat NU di Hotel Crowne Plaza, JAKSEL, 27 Maret (Tribunnews dalam Al Islam).

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. H. Amien Rais, MA, juga menanggapi, "itu kata-kata seseorang yang tidak paham pancasila," katanya usai menjadi pembicaraan dalam Tabligh Akbar di PP Muhammadiyah, Menteng, JAKPUS, Ahad 26 Maret.


Sejarah Sekulerisme

Gagasan sekulerisme (pemisahan antara agama dan politik) pertama kali muncul di Barat sebagai kritikan terhadap dominasi Gereja pada Abad pertengan. Ketika itu Gereja Kristen menjadi institusi dominan, dengan / pembentukan sistem kepausan oleh Gregory 1, Paus dijadikan sumber kekuasaan agama dan kekuasaan dunia dengan otoritas mutlak tanpa batas dalam seluruh sendi kehidupan, khususnya politik, sosial, dan pemikiran. Dominasi ini ternyata penuh dengan penyimpangan dan penindasan melalui persengkokolan Gereja dan raja/ kaisar, mengakibatkan kemandegan ilmu pengetahuan dan merajalelanya surat pengampunan dosa.

Sekulerisme di Indonesia

Sekulerisme masuk ke Indonesia secara paksa melalui proses penjajahan oleh Hindia Belanda. Prinsip negara sekuler telah termaktub dalam Undang-Undang Belanda tahun 1855 ayat 119 yang menyatakan, bahwa pemerintah bersikap netral terhadap agama, artinya tidak memihak salah satu agama atau mencampuri urusan agama (Suminto, 1986).

Prinsip sekular dapat ditelusur pula dari rekomendasi Snouck Hurgonje kepada Pemerintah Kolonial untuk melakukan Islam Politik, yaitu kebijakan Pemerintah Kolonial dalam menangani masalah Islam di Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945 seharusnya menjadi momentum untuk menghapus penjajahan secara total, termasuk mencabut pemikiran sekular yang ditanamkan penjajah. Sayang sekali, ini tidak terjadi. Revolusi kemerdekaan Indonesia hanyalah mengganti rezim penguasa, bukan mengganti sistem atau ideologi penjajah. Pemerintah memang berganti, tapi ideologi tetap sekular, karena itu sejak awal Indonesia adalah negara sekuler. Alhasil, gagasan sekulerisme seperti yang disampaikan Pak Jokowi tak lain sekadar mengekor ke peradaban Barat, mengikuti dan melanggengkan arahan penjajah.

Sekulerisme Pangkal Kerusakan

Sebagai warisan dari Barat, sekulerisme merupakan paham yang rusak karena jelas-jelas menolak peran agama (Islam) dalam pengaturan kehidupan, khususnya politik. Di bidang politik, sekulerisme merusak karena melenyapkan aspek spiritual dalam politik dan hanya menonjolkan pertimbangan materi. Akibatnya, kekuasaan pun hanya dijadikan alat untuk meraih keuntungan materi, bukan untuk melayani kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan mereka, sebagaimana yang Ialam perintahkan.

Islam Rahmatun Lil'alamin

Keburukan sekulerisme semestinya melahirkan kesadaran pada umat Islam akan keindahan ajaran Islam. Islam rahmatun lil'alamin. Islam melahirkan sistem politik yang benar, yaitu sistem politik yang berdasarkan syariah. Sistem politik Islam dibangun di atas dasar akidah Islamiyah sehingga berbagai aturannya akan bersifat spiritual, yaitu terkait dengan Allah SWT, terkait dengan pahala dan dosa. Sistem yang demikian akan menentukan makna kebanggaan hakiki bagi individu.

Wahai kaum Muslimin

Sungguh tak mungkin Islam dapat berdampingan dengan sekulerisme. Sekulerisme menciptakan kerusakan serta menyuburkan kemaksiatan dan pelanggaran terhadap aturan Allah SWT. Sebaliknya, Islam menebarkan rahmat bagi semesta alam, karena itu pantas jika Allah SWT berfirman:

Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? Hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS. Al- Maidah 50).

Karena itu, saatnya kita mencapkkan sekulerisme, lalu kita ganti dengan akidah dan syariah Islam.

Daftar Pustaka.

Al Islam. 2017. Sekulerisme Pangkal Kerusakan. Buletin Dakwah.


Previous
« Prev Post

No comments:

Post a Comment